Senin, 26 Desember 2016

FILOSOFI JEMBATAN

Beberapa waktu yang lalu, saya berbicara dengan Teman saya dalam doa dan saya katakan kepadaNya,"Sobat, saya capek sekali dan tidak kuat menanggung semua beban yang ada dipundak saya ini. Beban ini seolah bukan hanya ada dipundak saya tetapi ada disekujur tubuh saya".

Teman ini dengan sangat bijaksana menjawab," dirimu adalah jembatan dan jembatan memang menanggung banyak beban bukan hanya sebagian dirinya tapi diseluruh dirinya dan dia harus terlentang atau tengkurap baru bisa digunakan secara senpurna".

Jawaban Teman saya ini seraya menampar wajah saya dan menonjoki tubuh saya.

Saya tidak akan menyangka dengan jawaban Teman ini......

Memang benar jawaban Teman ini karena seolah seluruh tubuh saya capek menanggung semua beban hiudp ini yang kadang sebagian besar bukan beban diri saya sendiri tapi beban hidup orang lain, beban ini bukan hanya menekan bahu saya namun kaki dan kepala saya yang membuat seolah saya tidak kuat menanggung semua hal yang harus saya hadapi dalam hidup ini.

Sungguh dalam keadaan yang melelahkan dan capek masih boleh memperoleh penghiburan dari Rekan yang setia menemani saya dan bahkan selalu tinggal bersama saya..

Ternyata,
Rekan ini telah lebih dahulu mengalami diri sebagai jembatan yang menghubungkan Allah dan manusia dan nama rekan saya ini adalah Yesus.

Yesus adalah sungguh jembatan yang paling kuat sekaligus jembatan yang dilalui banyak kendaraan dengan beban yang diluar kemampuan manusia biasa.

Ia harus memanggul salib dengan beban seberat semesta ini dan Ia harus kuat telentang disana dengan hanya berpegangan pada Allah dan kakinya mencengkeran dunia sebagai beban terbesar yang harus ditanggungnya bukan hanya dengan pundakNya tapi dengan seluruh tubuhNya yang terus berlalu lalang berjalan diatas tubuhNya..

Belajar dari jawaban Rekan yang telah dahulu menanggung beban ini bahkan beban yang sangat berat, saya jadi malu dan tidak bisa berkata apa-apa kecuali diam dan meneladani apa yang telah dialami dan dilaukanNya dengan menjadi jembatan dalam seluruh perjalanan hidupNya.

Maka ketika diri mengalami rasa capek, sakit, berat dan putus asa karena banyaknya kesultian dan beban hidup, saya harus mengarahkan pandangan kepada Yesus dan belajar padaNya akan kesetiaan menanggung beban di seluruh tubuhNya.

Memang menjadi jembatan seperti Yesus ini tidak enak, walaupun telah melakukan banyak hal, bahkan mengorbankan banyak hal untuk kebaikan tetapi masih dicemooh, diludahi dan diteriaki macam-macam serta harus menanggun beban mereka yang terus "meneriaki" dengan banyak kata dan tindakan yang semakin memperberat beban hidup jembatan ini.

Sungguh panggilah hidup menjadi jembatan ini tidak mudah dan tidak banyak yang bersedia karena harus terus menanggung banyak beban dan bahkan harus melupakan dirinya sendiri untuk menjadi jalan bagi orang lain untuk menemukan kebaikannya dan setelah itu jembatan dilupakan.

Namun panggilan ini adalah panggilan yang paling istimewa seperti panggilan sebagai "toilet" yang pernah saya tulsikan beberapa waktu yang lalu.

Semoga kita boleh selalu menghidupi panggilan sebagai jembatan ini dan kuat setia sampai kapanpun karena kita belajar dari hidup Yesus sendiri yang adalah Tuhan kehdiupan yang rela menjadi jembatani.

Keistimewaan jembatan:
1. Terlentang atau tengkurap yang berguna sebagai penghubung dua daerah yang terpisah.
2. Seluruh bagian dirinya dilalui bahkan yang melalui dengan beban yang kadang diluar kapasitas.
3. hanya bertumpu pada dua titik yaitu kiri dan kanan.
4. dibawah "kadang" masih ada aliran air yang mengerogoti pondari keberadaan jembatan itu.
5. keberadaannya kadang tidak diperhatikan dan cenderung dilupakan kecuali saat sedang dilalui.

Sungguh beban jembatan tidak mudah tapi ini harus ada dalam hidup dan panggilan ini diembankan pada kita. Semoga kita adalah jembatan modern saat ini yang boleh menghantar orang pada keberhasilan, kegembiraan dan kesuksesan terisitmewa menghantar manusia menemukan Allah sumber kehidupan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar