Bagiku, lingkaran adalah kesempurnaan, ketiadaan sudut yang dapat melukai, ketiadaan sisi kaku yang membosankan, ketiadaan pemisahan garis. Ya, lingkaran itu sempurna, dan hidup ini adalah lingkaran, setidaknya itu menurutku. Ketika satu bagian diri kita terambil, kita bukan lagi diri kita yang seharusnya, kita tidak lagi merasakan kebahagiaan yang utuh, dan lingkaran itu bukan lagi lingkaran yang terpatronkan. Hidup manusia adalah lingkaran, ia disusun dari berbagai elemen yang saling berkaitan, dan membentuk kesempurnaan: LINGKARAN.
Hidup, adalah titik awal di mana “lingkaran” itu tercipta. Tak ada kehidupan, maka lingkaran itu takkan tercipta. Berhentinya kehidupan, maka lingkaran itu terhapuskan, benar? Ya, tiada artinya lagi titik-titik lain penyusun lingkaran: kebahagiaan, visi, misi, maupun cinta. Akankah ada suatu titik yang menempati kedudukan tertinggi dalam pembentuk dasar lingkaran? Bagiku tidak, semuanya memiliki kedudukan yang sama. Sinergilah yang memimpin mereka menjadi satu kesatuan: LINGKARAN. Apakah ada titik jenuh di mana lingkaran akan menolak sebuah titik untuk menopangnya? Tidak. Lingkaran akan terus menerus menerima titik-titik baru, dengan tangan terbuka dan simpulan senyum yang hangat. Betapa ajaib kuasa Tuhan itu, ketika sebuah titik (selain titik awal: kehidupan) lelah dan terhapus, selaalu ada cara-Nya untuk mengirimkan titik yang lain agar lingkaran itu tetap menjadi lingkaran yang semestinya.
Lingkaran itu aku.
Lingkaran itu kehidupan ini.
Lingkaran itu dunia ini.
Lingkaran itu semesta ini.
Lingkaran itu sempurna.
Dan bagiku..
Lingkaran adalah kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar