Senin, 26 Desember 2016

SEJARAH KUEH SERABI

Serabi Solo Notosuman diambil dari nama Jalan Notosuman (kini M. Yamin-red). Perintisnya adalah pasangan Hoo Geng Hok dan Tan Giok Lan yang membuat kue apem pada tahun 1923. Awalnya, pasangan ini diminta oleh tetangganya untuk membuat kue apem. Lama-kelamaan banyak yang suka. “Akhirnya buyut saya membuat serabi. Usaha ini lalu diteruskan oleh anak dan cucunya,” kata Roni, salah satu penerus usaha kue serabi.
Serabi Surakarta
Empat Generasi
Roni sendiri merupakan generasi keempat dari usaha keluarga yang diwariskan secara turun temurun. “Buyut saya merupakan perintis pembuat kue serabi di  kota Solo
,” kata Roni dengan bangga. Salah satu ciri khas kue serabi Notosuman, mereka tetap menumbuk sendiri beras untuk mebuat kue serabi. Berasnya, mereka menggunakan beras Cendani, semacam beras Cianjur dengan kualitas terbaik. Karena itulah, soal citarasa serabi Notosuman tetap konsisten, tidak berubah sejak pertama kali dibuat. “Kualitas rasa memang selalu jadi perhatian kami untuk tetap kami jaga terutama rasa gurihnya,” papar Roni. Serabi Notosuman dibuat dari tepung beras, pandan, vanilla, gula, santan kelapa dan garam. Serabi masih menggunakan bahan-bahan tradisional. Karena itulah, serabi Notosuman hanya bisa bertahan satu hari. “Soalnya kita tidak menggunakan bahan pengawet sama sekali,” tuturnya.
Serabi Notosuman
Tetap Konsisten Dua Rasa
Jika tempat lain, untuk mengikuti selera pasar banyak membuat serabi dengan rasa yang beraneka ragam seperti rasa nangka, strawberry, pandan, keju, dan sebagainya. Serabi Notosuman dari dulu berdiri hingga kini hanya memiliki dua rasa, polos dan coklat. Beda serabi polos dengan coklat terletak pada coklat meisis yang ditabur di atas serabi. Untuk serabi polos harganya Rp 2.200/potong. Sementara serabi coklat Rp 2.400/potong. Ada pun rasa dasar serabi tetap, sedikit asin dan gurih. Soal ini, Roni mengatakan, mereka ingin menjaga identitas yang sudah dirintis dari nenek buyut mereka. “Ciri Khas Serabi Notosuman adalah serabi polos dan coklat. Ini sudah ada sejak dari dulu,” kata Roni.
Serabi Dibungkus Daun Kelapa
Pernah, kata Roni, ia coba membuat serabi dengan rasa nangka. Tapi sayangnya, rasa nangka lebih dominan dibandingkan. “Orang jadi seperti makan nangka daripada serabi,” ujarnya. Akhirnya, niatnya untuk membuat rasa nangka urung dilakukan. Jika dalam rasa, mereka tetap mempertahan “pakem” lama mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar